Diberdayakan oleh : Fajar Maulana Zein
Tujuan penciptaan manusia , tujuan hidup menurut islam, konsep
manusia dalam islam dan hakikat penciptaan manusia sejatinya adalah untuk
mengabdi kepada Allah SWT. Tidak ada yang boleh melanggar segala bentuk aturan
dan tuntunan hidup seperti fungsi agama, fungsi Al-Quran bagi umat manusia.
Namun pada kenyataannya, tidak ada manusia yang benar-benar bersih
dan dalam kondisi yang serba suci. Manusia manapun, setinggi apapun ia, tidak
akan pernah ada yang lepas dari dosa-dosa. Yang membedakan adalah mana manusia
yang mampu melepaskan dosa yang telah dilakukannya dan mana yang terus menerus
berada dalam kedosaan sepanjang hidupnya dengan terus mengulang dosanya atau
tidak mau meninggalkan dosanya. Dosa yang tak terampuni sekalipun dapat
dilakukan atau berpotensi dilakukan oleh manusia seperti syirik dalam islam
atau menduakan Allah
Walaupun begitu, Allah adalah Maha Pengampun dan Penerima Taubat.
Sebesar dan seberat apapun dosa yang telah manusia lakukan, Allah tetap akan
mngampuninya bagi mereka yang taubatan nasuha yaitu bertaubat dengan
bersungguh-sungguh.
“Jika kamu menjauhi
dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya
Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan
kamu ke tempat yang mulia (surga).” (QS. An-Nisa: 31).
Di ayat tersebut menunjukkan bahwa Allah akan mengampuni,
memuliakan dengan surga, dan menghapus kesalahan-kesalahan kita asalkan manusia
mau menjauhi dosa-dosa besar. Dosa besar tentu sangat berat dan dilakukan pasti
dengan kesadaran. Untuk itu, Allah akan mengampuni asalkan manusia tidak
melangkah mendekati perbuatan yang bisa mendekatkan pada dosa-dosa besar.
Pengertian dan
Langkah Untuk Taubatan Nasuha
Taubatan Nasuha artina adalah Taubat yang dilakukan secara
bersungguh-sungguh, dengan kebulatan tekad, niat, dan menyempurnakannya dengan
usaha memperbaiki diri. Tanpa melakukan usaha dan perbaikan diri, maka taubat
yang dilakukan bukanlah taubatan nasuha. Ia hanya sekedar untuk meminta ampunan
tapi usaha untuk menjauhi perbuatan dosanya tetap dilakukan.
Untuk melakukan taubatan nasuha maka terdapat langkah-langkah yang
harus manusia lakukan sebagai usaha membuktikan diri kepada Allah bahwa kita
memang benar-benar ingin bertaubat dan menjauhi segala perbuatan keji dan
munkar kembali.
1.
Evaluasi Diri
Evaluasi diri artinya manusia melakukan proses perenungan dan
penghayatan dirinya, apa yang salah dan selama ini bernilai dosa dihadapan
Allah. Tanpa melakukan proses perenungan dan pengahyatan akan kesalahan diri,
maka manusia nantinya tidak akan menemukan apa saja kekeliruan dia selama ini.
Untuk itu dibutuhkan proses evaluasi diri yang baik dan mendalam.
Evaluasi diri bukan hanya mengevaluasi atas yang kita sadari salah
saja, melainkan mencari-cari apa kesalahan-kesalahan dan dosa yang kita perbuat
selama ini agar tidak terjerumus ke dalam jurang yang sama atau melakukannya
kembali tanpa sadar.
Proses Evaluasi harus dilakukan secara perenungan diri, agar bisa mendetail
menyadari kesalahan dan dosa apa yang telah kita perbuat selama ini. Saat
seperti inilah dimana kita bisa menyadari kebenaran dan kesalahan diri, dan
hidayah Allah kepada manusia akan mulai turun dan terungkap karena manusia
dalam kondisi yang insyaf.
2.
Mengakui
Kesalahan
Mengakui kesalahan adalah awal langkah untuk meminta ampunan kepada
Allah SWT. Mengakui kesalahan artinya adalah kita mengakui atas apa hasil
evaluasi diri kita atau apa yang disampaikan orang lain kepada kita, atas
perbuatan yang buruk. Tanpa mengakui kesalahan, manusia dalam memohon ampun
tidak akan benar-benar melakukannya dengan serendah-rendahnya atau dengan
posisi yang benar-benar berserah diri kepada Allah SWT. Untuk itu, pengakuan
kesalahan adalah langkah awal untuk melakukan taubatan Nasuha.
3.
Memperbaiki
Kesalahan
Memperbaiki kesalahan adalah hal yang wajib dilakukan manusia
ketika sudah menyadari kesalahan atau kekeliruan dalam dirinya. Hal inilah yang
membuktikan apakah ia bertaubat dengan sungguh-sungguh atau tidak. Orang yang
taubatan nasuha akan melakukan perbaikan, menjauhi kedosaan, dan
bersungguh-sungguh untuk terus menjaga perbuatan baiknya. Ia akan berusaha
dengan cara meningkat akhlak agar tidak masuk kepada kesesatan jalan hidup.
Orang yang hanya mengakui kesalahan dan tidak memperbaiki keadaan
sejatinya dalam posisi yang tidak bersungguh-sungguh bertaubat. Allah menilai
bukan hanya dari niat dan ungkapan permohonan taubat kita, namun Allah melihat
amalan dan konsistensi perbuatan kita. Maka, kunci dari taubatan nasuha adalah
amalan yang diperbaiki dan dilakukan secara konsisten.
4.
Memohon Ampunan
Allah
Meskipun sudah melakukan evaluasi dan perbaikan, manusia tidak bisa
sombong mengatakan bahwa taubat nya telah diterima. Untuk itu, manusia tetap
harus meminta ampunan Allah setiap saat dan di waktu-waktu berdoa atau shalat
kita.
Manusia tidak pernah bisa memastikan kapan ia berdosa dan
berpahala, karena perhitungan tersebut hnayalah Allah yang bisa menilainya.
Untuk itu, dibutuhkan permohonan ampunan kepada Allah setiap waktu, karena kita
tidak bisa terus menerus menyadari kesalahan apa yang telah kita perbuat. Allah
Maha Pengampun, maka kapanpun kita meminta ampunan, Allah selalu membukanya
dengan luas.
Cara Bertaubat
dengan Taubatan Nasuha
Bertaubat dengan taubatan nasuha tentunya tidak asal-asalan dan
Allah akan mengampuni jika manusia mengikuti kondisi-kondisi yang Allah
syaratkan. Berikut adalah hal-hal yang harus umat islam perhatikan dalam proses
taubatan nasuha dan cara taubat nasuha :
·
Bertaubat dengan Kondisi Beriman
“Orang-orang yang mengerjakan kejahatan, kemudian bertaubat sesudah
itu dan beriman; sesungguhnya Tuhan kamu sesudah taubat yang disertai dengan
iman itu adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS : Al-A’raf : 153)
Orang yang beriman adalah orang yang senantiasa menjadikan rukun
iman dan rukun islam sebagai pondasi hidupnya. Ia pun juga dapat mengetahui dan
merasakan manfaat beriman kepada Allah SWT tanpa meragukannya kembali. Untuk
itu orang beriman akan senantiasa menjaga dirinya dengan bertaubat dan tidak
mau mengulang kesalahan yang terjadi.
Allah menganpuni dan menerima orang-orang yang telah berbuat
kejahiliahan dengan menghapuskannya dengan syarat dalam proses pertaubatannya
adalah orang-orang yang datang meminta ampun dalam keadaan beriman. Mereka
bukan hanya pura-pura beriman melainkan dalam kondisi yang benar-benar beriman
kepada Allah SWT. Sedangkan orang-orang yang tidak beriman, tentu belum tentu
diterima pertaubatannya karena belum jelas keimanannya disampaikan pada siapa.
Itulah fungsi iman kepada Allah SWT yang sering kali manusia lalaikan.
·
Bertaubat atas Ketidaktahuan
“Sesungguhnya taubat di sisi Allah hanyalah taubat bagi orang-orang
yang mengerjakan kejahatan lantaran kejahilan, yang kemudian mereka bertaubat
dengan segera, maka mereka itulah yang diterima Allah taubatnya; dan Allah Maha
Mengetahui lagi Maha Bijaksana” (QS : An-Nisa : 17)
Orang yang bertaubatan nasuha tidak akan mengulangi lagi
kesalahannya bahkan ia akan menjauhi segala perbuatannya yang keliru dan
membawakan dampak yang buruk. Taubatan nasuha adalah taubat yang
bersungguh-sungguh dan melakukan kesalahan bukan karena disengaja melainkan
karena khilaf atau ketidak tahuan. Hal itu dikarenakan orang beriman tidak akan
melaksanakan hal-hal yang dilarang Allah secara sengaja. Ia akan diterima oleh
Allah taubatnya asalkan tidak akan dilakukan kembali.
·
Bertaubat Sebelum Ajal
Orang yang bertaubat sebelum ajal datang tidak akan bisa diterima
oleh Allah karena sudah habis masa berlaku hidupnya sedangkan ia baru menyadari
semuanya ketika ajal mejemput maka tidak akan ada waktu lagi pembuktian diri
akan kesungguhan taubatnya. Hal ini karena kita tidak tahu kapan kita akan
menemui kematian. Sedangkan kematian yang dalam kondisi buruk adalah salah satu
penyebab hati gelisah menurut islam.
“Dan tidaklah taubat itu
diterima Allah dari orang-orang yang mengerjakan kejahatan (yang) hingga
apabila datang ajal kepada seseorang di antara mereka, (barulah) ia mengatakan
: “Sesungguhnya saya bertaubat sekarang.” Dan tidak (pula diterima taubat)
orang-orang yang mati sedang mereka di dalam kekafiran. Bagi orang-orang itu
telah Kami sediakan siksa yang pedih.” (QS : An-Nisa : 18 )
0 comments:
Post a Comment