Diberdayakan oleh : Fajar Maulana Zein
Kebahagiaan dan kesejahteraan masyarakat
dimulai oleh kebahagiaan dan kesejahteraan setiap rumah tangga. Kebahagiaan
rumahtangga dimulai dari kebahagiaan setiap individunya yaitu: suami, isteri
dan anak-anaknya.
Ada 10 point terpenting yang mesti kita pahami
agar pernikahan dan rumah tangga kita dipenuhi keberkahan dan kebahagiaan lahir
dan batin, yaitu:
1. Memahami dan Mengerti Tujuan dan Hakikat
Pernikahan
Tujuan pernikahan di antaranya:
a. Untuk Memenuhi Tuntutan Naluri Manusia yang
Asasi
b. Untuk Membentengi Akhlaq yang Luhur
c. Untuk Menundukkan Pandangan.
d. Untuk Menegakkan Rumah Tangga Yang Islami
e. Untuk Meningkatkan Ibadah Kepada Allah
f. Untuk Memperoleh Keturunan Yang Shalih
2. Memahami, Mengerti dan Mengamalkan Adab,
Akhlak, dan Tugas Seorang Suami
Suami hendaknya menyadari bahwa istri adalah
suatu ujian dalam menjalankan agama. (At-aubah: 24)
Suami hendaknya menyadari bahwa istri adalah
suatu ujian dalam menjalankan agama. (At-aubah: 24)
Seorang istri bisa menjadi musuh bagi suami
dalam mentaati Allah clan Rasul-Nya. (At-Taghabun: 14)
Hendaknya senantiasa berdo’a kepada Allah
meminta istri yang sholehah. (AI-Furqan: 74)
Diantara kewajiban suami terhadap istri, ialah:
Membayar mahar, Memberi nafkah (makan, pakaian, tempat tinggal), Menggaulinya
dengan baik, Berlaku adil jika beristri lebih dari satu. (AI-Ghazali)
Jika istri berbuat ‘Nusyuz’, maka dianjurkan
melakukan tindakan berikut ini secara berurutan: (a) Memberi nasehat, (b) Pisah
kamar, (c) Memukul dengan pukulan yang tidak menyakitkan. (An-Nisa’: 34) …
‘Nusyuz’ adalah: Kedurhakaan istri kepada suami dalam hal ketaatan kepada
Allah.
Orang mukmin yang paling sempurna imannya
ialah, yang paling baik akhlaknya dan paling ramah terhadap
istrinya/keluarganya. (Tirmudzi)
Suami tidak boleh kikir dalam menafkahkan
hartanya untuk istri dan anaknya.(Ath-Thalaq: 7)
Suami dilarang berlaku kasar terhadap istrinya.
(Tirmidzi)
Hendaklah jangan selalu mentaati istri dalam
kehidupan rumah tangga. Sebaiknya terkadang menyelisihi mereka. Dalam
menyelisihi mereka, ada keberkahan. (Baihaqi, Umar bin Khattab ra., Hasan
Bashri)
Suami hendaknya bersabar dalam menghadapi sikap
buruk istrinya. (Abu Ya’la)
Suami wajib menggauli istrinya dengan cara yang
baik. Dengan penuh kasih sayang, tanpa kasar dan zhalim. (An-Nisa’: 19)
Suami wajib memberi makan istrinya apa yang ia
makan, memberinya pakaian, tidak memukul wajahnya, tidak menghinanya, dan tidak
berpisah ranjang kecuali dalam rumah sendiri. (Abu Dawud).
Suami wajib selalu memberikan pengertian,
bimbingan agama kepada istrinya, dan menyuruhnya untuk selalu taat kepada Allah
dan Rasul-Nya. (AI-Ahzab: 34, At-Tahrim : 6, Muttafaqun Alaih)
Suami wajib mengajarkan istrinya ilmu-ilmu yang
berkaitan dengan wanita (hukum-hukum haidh, istihadhah, dll.). (AI-Ghazali)
Suami wajib berlaku adil dan bijaksana terhadap
istri. (An-Nisa’: 3)
Suami tidak boleh membuka aib istri kepada
siapapun. (Nasa’i)
Apabila istri tidak mentaati suami (durhaka
kepada suami), maka suami wajib mendidiknya dan membawanya kepada ketaatan,
walaupun secara paksa. (AIGhazali)
Jika suami hendak meninggal dunia, maka
dianjurkan berwasiat terlebih dahulu kepada istrinya. (AI-Baqarah: ?40)
3. Memahami, Mengerti dan Mengamalkan Adab,
Akhlak dan Tugas Seorang Isteri
Mengutamakan Berada di Rumah. Kenapa saya tulis
“mengutamakan”, karena pada masa emansipasi wanita ini banyak wanita karir dan
menjadi pensuport perekonomian rumahtangga, namun bila sang suami sudah mampu
mencukupi kebutuhan rumahtangga, khususnya dibidang ekonomi, dan sudah
disepsksti kalau si wanita tidak bekerja, maka hendaknya sang istri punya rasa
betah untuk berada di rumah karena firman Allah yang berbunyi:“Dan hendaknya
kamu tetap tinggal di rumahmu dan janganlah kamu berhias dan bertingkahlaku
seperti orang jahiliyyah yang dahulu” (QS Al Ahza: 33)
Mengutamakan Tugas Rumah. Walau punya jabatan
apapun si wanita di tempat kerjanya, sekertaris atau direktur sekalipun, tugas
utama ibu rumahtangga tidak boleh dinomorduakan, karena jabatan ibu rumahtangga
lebih tinggi derajatnya daripada jabatan seorang ibu direktur.
Tidak Berkunjung Kecuali Penting. Di sini Islam
menjaga dan menjauhkan kita dari kebiasaan bergunjing dengan tetangga, kecuali
untuk tujuan yang penting sebaiknya hindari terlalu sering berkunjung ke
tetangga.
Menyenangkan Saat Dilihat Suami. Wanita yang
benar dalam islam adalah wanita yang berusaha bisa menyenangkan suami, saat
dilihat menciptakan rasa damai dan sejuk bagi suami, menjalankan segala
perintah suami, bermuka ceria, bersolek dan berdandan buat suami, sikap seorang
wanita salah satu penentu keharmonisan rumahtangga.
Memelihara Kehormatan Diri Ketika Suami Tidak
Ada. Wanita yang benar adalah yang menjaga martabat rumahtangganya bila sang
suami tidak ada di rumah untuk menunaikan tugas kerja atau untuk tujuan yang
lain, baik untuk kepergian dalam waktu dekat maupun dalam waktu lama, bagaimana
cara menjaga kehormatan diri? yaitu dengan tidak mengijinkan masuk laki-laki
lain ke dalam rumah bila sang suami tidak ada di tempat, karena dengan adanya
laki-laki lain tanpa kehadiran suami akan menimbulkan bahaya dan juga gunjingan
bahkan bisa juga fitnah dari masyarakat sehingga hal itu akan menggangu
keharmonisan rumah tangga.
Tidak Menghindari Suami. Istri yang baik adalah
istri yang selalu dekat dengan suami, tidak ada niatan menghindari suami
meskipun suasana hati lagi bad mood ataupun lagi ada masalah rumahtangga,
karena dosa akan menanti si wanita bila menghidar dari suami.
Menjaga Kehormatan Suami. Wajib bagi seorang
istri untuk menjaga kehormatan suami, menjaga harta dan rumahtangganya.
Bermuka Ceria. Walau ada permasalahan
rumahtangga sebisa mungkin tetap ceria, tetap bermuka manis, dengan begitu
permasalahan tidak membesar, bisa diredam dan diharapkan secepatnya bisa
harmonis lagi.
Tidak Mencolok & Menghindari Keramaian Bila
Keluar Rumah. Tidak mencolok di sini bermaksud untuk tidak terlalu berias,
tidak menarik perhatian sesama pengguna jalan dengan tujuan untuk menhindari
dosa mata dari laki-laki lain yang melihat dan menghindari kejahatan yang
tercipta dari penampilan berlebihan seorang wanita.
Tidak Mengeraskan Suara. Bagi wanita suara
adalah mahkota, orang akan melihat positip dan negatif seorang wanita dari
keras atau lembut wanita itu mengeluarkan suaranya.
Perhatian Terhadap Rumahtangga. Seorang istri
punya tanggungjawab untuk memperhatikan suasana dirumahtangganya, baik jasmani
maupun ronahi para anggota keluarga, contoh: apakan anak-anaknya sudah sarapan,
apakan suaminya sudah sholat, dll.
Ikhlas dengan Pemberian Suami. Banyak atau
sedikit, lebih atau kurang bisa menerima dengan qana’an pemberian itu sebagai
rizki dari Allah yang diberikan pada dia dan keluarga.
Mendahulukan Hak Suami. Wanita yang sudah
berkeluarga harus siap jadi makmum sang suami, disitu juga dia siap
mendahulukan kepentingan suami di atas kepentungannya.
Selalu Bersih di Depan Suami. Seorang istri
dituntut rapi, bersih, wangi,dan berias untuk suaminya, bukan untuk orang lain.
Menyayangi, Menjaga & Tidak Menghina Anak
Suaminya. Bila suaminya punya anak dari rumahtangganya yang terdahulu dan
dibawa masuk kedalam lingkup rumahtangganya yang baru, si istri juga harus ikut
merawat anak-anak tersebut seperti dia memperlakukan anak sendiri dan tidak ada
caci maki atau hinaan pada anak tersebut.
Menundukkan Pandangan dari Barang Haram. Ini
dilakukan dengan maksud untuk melindungi istri dari barang maksiat yang
dilarang oleh syariat agama.
Membiasakan Diri Bermuraqabah. Ini dilakukan
dengan maksud untuk menjaga diri istri, menghapus kelalaian dengan dzikir akan
mendekatkan diri pada Allah sang pencipta.
Perbanyak Puasa. Dengan banyak puasa ankan
sangat bermanfaat bagi istri, anak dan keluarganya, kebiasaan berriyadhan atau
berlaku hidup prihatin seperti ini akan bermanfaat untuk masa depan anak dengan
harapan menjadi anak soleh/solihan, taat orang tua dan berguna bagi negara
serta agamanya.
Mendorong Suami Mencari Rizki Halal. Dengan
rizki yang halal maka akan tumbuh anak & keluarga yang dekat dengan agama,
anak yang soleh & Solihah, dan sebaliknya, dengan rizki yang haram akan
menjauhkan anak & keluarganya dari agama.
Tidak Banyak Menuntut Suami dalam Nafkah.
Nafkah lahir yang sewajarnya, dalam batas kemampuan suami, karena dengan
menuntut yang diluar kewajaran akan membuat suami dalam tekanan, bahkan bisa
juga akan berusaha mencari nafkah dengan segala cara untuk memenuhi tuntutan
istri tersebut, seperti: korupsi, mencuri, dan hal ilegal lainnya, kalau
seperti ituakhirnya sama saja memasukkan keluarganya dalam lingkaran
kemungkaran.
Punya Rasa Malu. Punya rasa malu untuk
melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama.
Sopan Pada Teman Suami. Menghormati tamu dan
teman suami, menjaga martabat dan kehormatan sebagai seorang istri di mata
mereka.
Memperdalam Ilmu Agama. Memperbanyak ilmu agama
adalah tuntutan sebagai wakil suami dalam memimpin rumahtangga, dengan bekal
agama insya Allah arah berkeluarga tetap dijalur yang tepat.
4. Meluruskan Niat/Motivasi Saat
Menikah(Ishlahun Niyat)
Siapa yang ingin menikah maka luruskan niat
kita dulu. Niat menikah tentunya karena Allah Subhanahu Wa Ta'ala karena
menikah adalah ibadah. Karena menikah juga merupakan perintah-Nya. Sebagaimana
Allah berfirman di dalam Al-Qur’an surah An-Nur ayat 32. “Dan nikahkanlah
orang-orang yang sendirian di antara kamu, dan orang-orang yang layak (menikah)
dari hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan.
Jika mereka miskin Allah akan memampukan mereka dengan kaurnia-Nya. Dan Allah
Maha luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui” (QS. An-Nur : 32).
Nikah juga merupakan perintah dan sunnah Nabi,
jadi dalam proses nikah hingga pasca pernikahan nanti kita wajib mencontoh
Nabi. Contohnya ketika diawal memilih pasangan hidup menurut Nabi hendaknya
yang dipilih adalah agamanya, kemudian pada saat walimatul ursy sebaiknya tidak
berlebihan karena kita tahu Nabi mengajarkan kita untuk selalu bersikap hidup
sederhana (tidak boros) dan dalam berumah tangga hendaknya kita membiasakan
diri dengan adab dan akhlak seperti yang dicontohkan Nabi Muhammad SAW.
Perhatikan adab dan akhlak seorang isteri ke suami, adab dan akhlak suami
kepada istri, adab dan akhlak anak-anak kepada kedua orang tua dan mertua, dan
adab dan akhlak orang tua dalam mendidik anak-anaknya.
5. Sikap Saling Terbuka dan Jujur (Mushorohah)
Sikap saling terbuka disini adalah ketika sudah
menjadi suami dan istri maka hal–hal yang sebelumnya haram menjadi halal.
Misalnya secara fisik kita sudah halal untuk bersentuhan. Selain itu juga sikap
saling keterbukaan ini dapat memupuk sikap saling percaya (tsiqoh) di antara
suami dan istri karena adanya rasa keinginan saling mengenal satu dengan yang
lainnya entah itu sifat kepribadian, kebiasaan, kesenangan, ketidaksukaan
sehingga suami/istri merasa nyaman.
6. Sikap Toleran dan Saling Menghormati (Tasamuh)
Sudah pasti ketika berumah tangga suami dan
istri memiliki kebiasaan, pemikiran yang berbeda-beda sehingga akan timbul
konflik/perdebatan dalam rumah tangga. Sehingga sikap toleran ini sangat
penting bagi kehidupan suami istri untuk memujudkan keluarga yang tetap
harmonis. Dan dalam hal ini sikap toleran juga menuntut adanya sikap saling
memaafkan, yang meliputi 3 (tiga) tingkatan, yaitu: (1) Al Afwu yaitu memaafkan
orang jika memang diminta, (2) As-Shofhu yaitu memaafkan orang lain walaupun tidak
diminta, dan (3) Al-Maghfiroh yaitu memintakan ampun pada Allah untuk oran
lain.
7. Komunikasi Yang Baik, Berakhlak, Santun dan
Saling Menghargai
Komunikasi ini sangat penting karena dengan
komunikasi akan meningkatkan sikap saling cinta antar pasangan. Komunikasi juga
untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman. Karena beberapa keluarga yang
tetap harmonis kuncinya adalah komunikasi yang tetap terjaga dan tidak pernah
putus. Apalagi bagi suami dan istri yang memiliki kesibukan masing-masing, sehingga
dengan komunikasi ini memberikan rasa perhatian, saling mendengar, dan
memberikan respon. Zaman sekarang komunikasi sudah cukup canggih bisa via
telephone, email, whats app, skype, dan sebagainya.
Point komunikasi ini bisa mengingatkan kita
kepada kisah keluaraga Ibrahim As. Dalam surah As-Shaaffat ayat 102. “Maka
tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim,
Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku
menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai Bapakku,
kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah engkau akan
mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. (QS. As-Shaaffat: 102).
Ibroh yang dapat diambil dari ayat tersebut
adalah komunikasi timbal balik antara orang tua dengan anak. Nabi Ibrahim
mengutarakan pendapatnya dengan bahasa dialog bukan menetapkan keputusannya
sendiri, sehingga adanya keyakinan yang kuat kepada Allah, adanya tunduk dan
patuh atas perintah Allah dan adanya tawakal kepada Allah SWT, sehingga Allah
menggantikan Ismail dengan seekor kibas yang sehat dan besar.
8. Sabar dan syukur
Yah, sabar dan syukur dalam berumah tangga
memang sangat dianjurkan. Pasalnya setiap ujian dalam berumah tangga harus
disikapi dengan rasa sabar seperti pada pasangan suami/istri terdapat
kekurangan/kelemahan sehingga perlu disikapinya dengan sabar. Kemudian disikapi
rasa syukur atas rezeki yang Allah berikan kepada suami dan tidak banyak
menuntut khusus untuk istri karena kebanyakan penghuni neraka adalah kaum
wanita, disebabkan istri yang kurang bersyukur terhadap pemberian suaminya. Dan
apabila kita bersyukur maka Allah akan melebihkan nikmatNya lagi untuk kita.
Bisa dilihat dalam firman Allah surah Ibrahim ayat 7: “Dan (ingatlah), tatkala
Tuhanmu memaklumkan; “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan
menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmatKu), maka
sesungguhnya azabKu sangat pedih” (QS.Ibrahim : 7).
9. Sikap yang santun dan bijak
Sikap
santun dan bijak dari seluruh anggota keluarga dalam berinteraksi kehidupan
berumah tangga ini perlu dilakukan karena akan menciptakan suasana yang nyaman
dan indah. Sehingga suasana ini membuat penghuni rumah betah tinggal di rumah.
Sebagaimana ungkapan bahwa “Rumahku adalah Syurgaku” bukan berarti fasilitas
yang lengkap dan rumah tinggal yang luas akan tetapi ada suasana interaktif
antar keluarga; suami istri dan anak-anak yang penuh kesantunan dan bijaksana.
Sehingga menimbulkan suasana yang penuh
yang penuh kesantunan dan bijaksana. Sehingga
menimbulkan suasana yang penuh keakraban, kedamaian, dan cinta kasih antar
keluarga.
Oya sikap santun dan bijak merupakan cermin
dari kondisi ruhiyah yang mapan. Ketika kondisi ruhiyah seorang itu labil maka
ada kecenderungan bersikap emosional dan marah, karena syetan akan mudah
mempengaruhinya. Oleh karena itu Rasulullah SAW mengingatkan kepada kita agar
jangan mudah marah (Laa tagdlob). Bila muncul amarah maka bersegeralah menahan
diri dengan beristighfar dan mohon perlindungan kepada Allah dengan (taawudz
billah), bila masih merasa marah maka hendaknya berwudhu dan mendirikan sholat.
Karena sesungguhnya dampak dari kemarahan sangat tidak baik bagi jiwa, baik
orang yang marah maupun bagi orang yang dimarahi. Oleh sebab itu dalam berumah
tangga harus ada saling
memaafkan bila terjadi kemarahan dan Allah
menyukai orang yang suka memaafkan.
10. Kuatnya hubungan dengan Allah
Sudah pasti kalau kita menginginkan rumah
tangga yang tetap harmonis, hubungan kita dengan Allah harus diperkuat, karena
dengan begitu akan menghasilkan keteguhan hati (kemampanan ruhiyah),
sebagaimana dalam firman Allah disurah Ar-Rad’u ayat 28 “ (yaitu) orang-orang
yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah,
hanya dengan mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram” (QS. Ar-Rad’u : 28)
Rasulullah SAW juga selalu memanjatkan doa agar
mendapatkkan keteguhan hati : Yaa muqollibal qulub tsabbit qolbiy ‘alaa diinika
wa’ala thooatika” (Wahai yang membolak-bailikan hati, teguhkanlah hatiku untuk
tetap konsisten dalam dien-Mu dan dalam menta’atiMu).
Kedekatan kita dengan Allah bisa dimulai dengan
membiasakan dalam keluarga untuk melaksanakan ibadah nafilah secara bertahap
seperti tilawah, shaum, tahajud, Duha, doa, infaq, doa, matsurat, dan sebagainnya.
Karena tanpa adanya kedekatan dengan Allah mustahil seseorang dapat mewujudkan
kehidupan rumah tangga yang bahagia.
Akhirnya, Semoga ringkasan saya ini memberikan
banyak manfaat terutama bagi yang akan menikah atau yang sudah menikah juga.